Apa kalian pernah mendengar Perhimpunan Mahasiswa Papua yang ada di Jerman sekarang? Guna membantu Nawacita nomor lima yang digadang-gadang oleh Presiden Joko Widodo yaitu meningkatkan mutu hidup manusia Indonesia melalui peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan bersama dengan program “Indonesia Pintar”, maka Perhimpunan Mahasiswa Papua (PMP) di Jerman berkolaborasi bersama dengan Buku Untuk Papua (BUP) menyebabkan kompetisi menulis lintas usia yaitu lomba menulis cerpen sekolah basic (SD) dan critical essay dan juga inspirational story untuk siswa SMP, SMA, mahasiswa dan umum yang tengah mengalami ketidak tersedianya dana pendidikan untuk mereka.
Angel Fonataba, ketua panitia pelaksana kompetisi menulis lintas usia mengatakan, kegiatan selanjutnya berjalan berasal dari 22 Februari sampai 25 Maret 2021 dan ditutup bersama dengan mengumumkan pemenang lomba dalam acara webinar bersama dengan tajuk “Being Critical plus Inspiring in Educated Ways”. “Lomba berjalan tidak cukup lebih satu bulan ini. Kami kemas dalam bentuk webinar yang menghadirkan narasumber-narasumber berasal dari beragam bidang supaya peserta beroleh pengetahuan tertentu tentang Papua,” ujar Angel Fonataba kepada Jubi, Minggu kepada repoter situs idn poker.
Perkembangan PMP Di Jerman Dalam Membuat Lomba Menulis
Narasumber yang dihadirkan, kata dia, di antaranya Virly Yuriken selaku program director Misool Foundation. Menurut Fonataba, Virly memberikan tentang pemasalahan sampah yang termasuk jadi tidak benar satu tema penulisan critical essay dan merupakan fokus kerja berasal dari Misool Foundation. Seperti yang kita tau bahwa di Papua sesungguhnya mereka memiliki kekayaan berlimpah, namun bagi para PMP sendiri ketika bersekolah jauh dari tanah air tentu saja cukup sulit. Untungnya sekarang ini sudah ada sbobet88 bola untuk membantu para pemain.
“Saya berharap kegiatan ini bisa jadi pemantik untuk memotivasi para generasi muda di Papua, untuk tetap berkarya melalui tulisan dan termasuk program ini bisa tetap dilanjutkan,” ujarnya.
Ketua PMP Jerman, Agustinus Giyai, memberikan tidak cukup lebih total 230 naskah berasal dari beragam peserta di semua Indonesia. Menurut Giyai, menulis adalah suatu hal yang sukar tapi amat perlu untuk dikuasai. Duta Besar RI untuk Republik Federasi Jerman, Arif Harvas Oegroseno, mengatakan tentang pentingnya tahu rancangan “Merdeka Belajar” berasal dari Ki Hajar Dewantara yang saat ini merupakan tidak benar satu slogan berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sementara itu, Septinus George Saa, tidak benar satu tokoh muda inspiratif yang pernah memenangkan penghargaan First Step to Noble Prize pada th. 2004 di Warsawa, Polandia, mengatakan dalam menulis dituntut untuk berpikir gawat dan objektif tanpa tersedia tendensi.