Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia pasti tak lepas dari perjuangan yang diperjuangkan sejak dahulu oleh Bapak Pendidikan Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara, tanpa adanya jasa beliau tentu tidak akan ada orang – orang Sarjana, Profesor dan yang lainnya.
Karena berkat perjuangan beliau lah sehingga saat ini kita bisa bersekolah dengan jelas dan nyaman tentunya agar kalian yang menjadi link slot gacor aset Generasi Muda Penerus Bangsa tidak bodoh dan tidak mudah dibodohi oleh bangsa bangsa lain maka dari itu kita disekolahkan agar menjadi orang berpendidikan dan tentunya memiliki gelar.
Terlepas dari itu semua apa kalian semua tahu bagaimana awal perjuangan Bapak Pendidikan Indoenesia kita ini pada masa penjajahan Belanda dulu? Jika belum, mari kita simak ulasan berikut ini
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat); dari tahun 1922 juga dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara (EYD: Ki Hajar Dewantara), yang juga ditulis sebagai Ki Hajar Dewantoro untuk mencerminkan bunyi Jawanya (2 Mei 1889 di Pakualaman – 26 April 1959 di Yogyakarta), adalah seorang aktivis gerakan kemerdekaan Indonesia terkemuka sebagai Judi Online penulis, kolumnis, politikus, dan pelopor pendidikan bagi penduduk asli Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Ia mendirikan sekolah Taman Siswa, sebuah lembaga yang memberikan pendidikan bagi rakyat jelata pribumi, yang sebaliknya terbatas pada bangsawan Jawa dan kolonial Belanda.
Ia dihormati sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh presiden pertama Indonesia, Sukarno, pada 28 November 1959
Soewardi lahir dalam bangsawan Jawa, keluarganya milik keluarga kerajaan Pakualaman. Ia adalah salah satu cucu Pangeran Paku Alam III melalui ayahnya, GPH Soerjaningrat.
Berkat latar belakang priyayi (bangsawan Jawa) keluarganya, ia dapat mengakses pendidikan publik kolonial, sebuah kemewahan yang tidak dapat dicapai oleh sebagian besar penduduk biasa di Hindia. Ia lulus dari pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda). Kemudian ia melanjutkan studinya di STOVIA, sebuah sekolah kedokteran untuk siswa pribumi. Namun, ia gagal lulus karena sakit.
Kemudian ia bekerja sebagai jurnalis dan menulis untuk banyak surat kabar, termasuk Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Ia juga seorang kontributor Kebangoenan, sebuah surat kabar nasionalis yang dimiliki oleh ahli hukum dan politikus berpendidikan Belanda Phoa Liong Gie.
Selama karir Soewardi di media cetak, ia dianggap sebagai penulis yang berbakat dan berprestasi. Gaya penulisannya populer, komunikatif, namun dijiwai oleh idealisme kebebasan dan sentimen anti-kolonialis.
Ki Hajar Dewantara menganjurkan bahwa pendidikan harus dimungkinkan dan tersedia untuk semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, ras, etnis, budaya, agama, status ekonomi dan sosial, dll. Ia berpendapat bahwa pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan bersama, kebebasan manusia dan hak untuk mencari ilmu.
Hari lahir Ki Hajar Dewantara kini diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional Indonesia. Dia juga dikreditkan karena telah menciptakan moto; Tut Wuri Handayani, hari ini digunakan oleh kementerian pendidikan.
Sebuah kapal pelatihan angkatan laut Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara, menyandang namanya untuk menghormati. Potretnya mengabadikan dirinya dalam pecahan uang pecahan 20.000 rupiah tahun 1998.
Nah itu dia guys sejarah dari Pendidikan Indonesia yang belum banyak diketahui di sebagian masyarakat, tentu ini sejarah yang sangat penting ya guys karena kita sebagai bangsa yang maju oleh karena itu bangsa yang maju adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah pahlawannya guys. Jangan Lupakan Sejarah(JASMERAH)!!